Iklan Banner KPU Provinsi Bengkulu

Bernilai Ekonomis, Alpukat Terlupakan

Bernilai Ekonomis, Alpukat Terlupakan

TANJUNG KEMUNING – Alpukat (Avocado, red) merupakan komoditi yang bernilai ekonomis tinggi. Namun, tanaman ini seakan terlupakan oleh masyarakat. Sehingga, belum ada yang mengembangkan tanaman ini sebagai sumber penghasilan keluarga. Masyarakat lebih cendrung mengembangkan tanaman jenis kelapa sawit sebagai pertanian unggulan. Padahal, Alpukat tidak kalah menghasilkan jika dikelolah dengan benar. Lahan seluas satu hektar mampu menampung 450 hingga 500 batang Alpukat. Jika satu pohon menghasilkan sedikitnya 10 Kg maka dapat diprediksi menghasilkan 5.000 Kg alpukat. Harga jual borongan buah ini mencapai Rp 15.000 per Kg, maka petani dapat menghasilkan uang Rp 75 juta sekali panen. Sedangkan, alpukat dalam setahun panen mencapai dua kali. Sehingga, dalam setahun petani alpukat mendapat hasil Rp 150 juta. “Komoditi alpukat sangat bernilai ekonomis, namun terlupakan. Masyarakat lebih cenderung menanam kelapa sawit atau karet. Untuk itu, masyarakat yang cerdas dan memandang pangsa pasar akan tertarik dengan pengembangan alpukat,” ujar Nudisman (42) pengembang tanaman alpukat asal Desa Tanjung Kemuning II, Selasa (17/11). Kalkulasinya lebih menguntungkan tanaman alpukat ketimbang kelapa sawit, tambahnya. Perawatan tanaman ini juga tidak terlalu sulit. Perawatan cukup ringan dan tidak membutuhkan banyak pupuk. Hanya saat berbuah, musuh terbesarnya adalah tupai dan monyet. Tanaman ini juga cukup tahan dengan penyakit asal dirawat dengan baik dan sesuai aturan. Apalagi alpukat stek yang sudah dikloning, memiliki ketahanan usia dan berbuat lebat. Bahkan, usia panen perdana relative lebih singkat. Alpukat banyak manfaat dan merupakan hasil pertanian ekspor. Bijinya dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetik. Selain mengandung vitamin tinggi, buah tanaman ini berguna sebagai bahan kosmetik. Bahkan ada informasi, biji alpukat dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cat. “Sayang, tanaman yang bernilai ekonomis tinggi namun terlupakan dalam pengembangannya. Fokus masyarakat masih pada jenis kelapa sawit atau karet,” bebernya.(xst)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: